Masyarkat modern telah berharap dan bahka mengiginkan bahwa dapat
diciptakan vaksin untuk melindungi kita dari hampir semua infeksi yang
menakutkan. Harapan ini dipertajam oleh ketidakberdayaan kita hingga saat ini
untuk menciptakan vaksin yang efektif terhadap HIV, virus penyebab AIDS.
Sejarah?
Hampir 2500 tahun yang lalu, nenek moyang kita telah menyadari adanya
perlinndungan imun. Thucydides, yang menulis mengenai suatu wabah yang
menyerang Athena pada 430 SM, mengamati orang yang sama tidak pernah diserang
dua kali oleh penyakit ini. Namun, nenek moyang kita belum memahami dasar dari
perlindungan ini sehingga mereka tidak dapat memanfaatkannya.
Upaya-upaya awal untuk secara sengaja memperoleh perlindungan seumur
hidup terhadap cacar, suatu penyakit mengerikan yang sangat menular dan
mematikan (hampir 40% pasien meninggal), salah satunya adalah dengan secara
sengaja menjalankan diri melalui kontak langsung dengan orang yang mengidap
penyakit bentuk ringan. Harapannya agar terbentuk perlindungan terhadap
serangan cacar di masa mendatang dengan secara sengaja memicu timbulnya
penyakit ringan. Sejak awal abad ke-17, teknik ini telah berkembang dengan
pemakaian jarum untuk mengambil sejumlah pus dari pustul (bentolan di kulit
berisi nanah yang sembuh dengan meninggalkan bekas jaringan parut cekung) cacar
aktif dan memasukkan bahan menular ini kedalam orang sehat. Proses inokulasi
ini dilakukan dengan mengaplikasikan pus langsung ke suatu goresan ringan atau
dengan menghirup pus.
Edward Jenner, seorang dokter Inggris, adalah yang pertama membuktikan bahwa imunitas terhadap cacar
sapi, suatu penyakit yang serupa tetapi lebih ringan daripada cacar, juga dapat
melindungi manusia dari cacar. Namun, hasil penelitian Jenner tidak ditanggapi
serius hingga seabad kemudia ketika, pada tahun 1880, Loius Pasteur, ahli
immunologi eksperimental hebat yang pertama, mengembangkan teknik Jenner.
Pasteur membuktikan bahwa kemampuan organisme memicu penyakit dapat sangat
dikurangi (dilemahkan) sehingga organisme tersebt tidak llagi menimbulkan
penyakit tetapi masih menginduksi pembentukan antibodi jika dimasukkan ke dalam
tubuh (Prinsip dasar vaksin modern. Vaksin pertamanya adalah terhadap Antraks,
suatu penyakit yang mematikan sapi dan domba. Pasteur mengisolasi dan
memanaskan bateri Antraks, kemudian menyuntikkan organisme yang telah dlemahkan
ini kedalam sekelompok domba sehat. Pada minggu kemudian pada penemuan sesama
ilmuwan, Pasteur menyuntikkan hewan-hewan yang telah divaksinasi tersebut serta
sekelompok hewan-hewan yang belum divaksinasi dengan bakteri Antraks Poten.)
hasilnya dramatis semua hewan yang divaksin selamat, tetapi semua hewan yang
tidak divaksin mati. Demonstrasi publik gaya Pasteur yang terkeal ini, menarik
perhatian dokter dan ilmuwan pada saat itu dan memicu perkembangan imunologi
modern.
- Sherwood, Lauralee. 2013. “Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem”. Jakarta. EGC.
No comments:
Post a Comment