Monday, 6 July 2015

Makan Prapertandingan: Apa yang Masuk dan Apa yang Keluar?


Banyak pelatih dan atlit sangat mempercayai ritual makanan sebelum pertandingan. Sebagai contoh, suati tim sepakbola selalu memakan steak sebelum bertanding. Atlet lain mungkin menambahkan pisang dalam santapan sebelum bertanding. Apakah ritual ini bermanfaat.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan efek makanan sebelum bertanding pada prestasi atletik. Meskipun penelitian laboratorium membuktikan bahwa bahan-bahan tertentu misalnya kafein bisa
meningkatkan daya tahan, belum ditemukan adanya bahan makanan tertentu yang sangat meningkatkan kinerja atlet. Pelatihan yang telah dilakukan atlet adlah penentu utama prestasi. Meskipun tidak ada bahan makan tertentu yang memberi manfaat khusus sebelum suatu kompetensi, beberapa makanan plihan makanan sebenarnya malah menghambat atlet. Sebagai contoh, hidangan steak banyak mengandung lemah dan mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna sehingga malah dapat mengganggu kineja tim sepakbola dan karenanya perlu dihindari. Namun, ritual makan yang tidak mengganggu prestasi atletik, misalnya makan pisang, tetap memberi tambahan semangat atau percaya diri tidaklah berbahaya dan harus dihargai. Orang mungkin memberi arti tertentu pada suatu makanan, dan kepercayaan mereka pada praktik-praktik ini dapat memberi perbedaan antara menang dan kalah.

Manfaat terbesar prapertandingan adalah mencegah lapar selagi bertanding. Karena lambung mungkin memerlukan waktu satu hingga empat jam untuk kosong, atlet perlu makan paling tidak satu hingga empat jam sebelum pertandingan dimulai. Sebelum bertanding atlet sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan. Makanan yang tertinggal di lambung selama pertandingan dapat menyebabkan mual dan mungkin muntah. Keadaan ini dapat diperparah oleh rasa cemas, yang memperlambat pencernaan dan menunda pengosongan lambung melalui sistem saraf simpatis.

Pilihan terbaik adalah makanan yang mengandung banyak karbohidrat serta rendah lemak dan protein. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dan simpanan karbohidrat di tubuh dan menghindari penumpukan makanan yang belum tercerna di lambug sewaktu bertanding. Makanan tinggi karbohidrat dianjurkan karena lebih cepat dikosongkan dari lambung daipada makanan yang mengandung lemak atau protein. Karbohidrat tidak menghambat pengosongan lambung melalu pelepasan enterogastron, berbeda halnya dengan lemak dan protein. Lemak pada khususnya menghambat pengosongan lambung dan lambat dicerna. Pemprosesan metabolik terhadap protein menghasilkan zat sisa bernitrogen misalnya yang Urea yang sifat Osmotiknya menarik air dari tubuh dan meningkatkan volume Urine, yaitu dua hal yang tidak diinginkan dalam pertandingan. Pilihan yang baik untuk makanan prapertandingan antara lain adalah roti, pasta, nasi, kentang, gelatin, dan jus buah. Karbohidrat kompleks ini tidak saja akan telah dikosongkan oleh lambung jika dikonsumsi atu hingga empat jam sebelum pertandingan tapi juga membantu mempertahankan kadar glukosa darah selama bertanding.

Meskipun tampaknya logis jika kita mengkonsumsi sesuatu yang manis sesaat sebelum bertanding untuk menghasilkan “tambahan tenaga”, makanan atau tinggi gula perlu dihindari karena dapat memicu pelepasan Insulin. Insulin adalah hormon yang meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel. Setelah seseorang mulai berolahraga, sensitivitas terhadap Insulin meningkatyang menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang turun memicu rasa lelah dan meningkatkan pemakaian glikogen otot, yang dapat membatasi kinerja dalam pertandingan yang memerlukan daya tahan seperti maraton. Karena itu, konsumsi gula tepat sebelum kompetisi malah dapat menghambat kinerja bukannya memberi tambahan tenaga seperti yang dicari.

Dalam satu jam pertandingan, atlet sebaiknya hanya minum air untuk memastikan hidrasi yang cukup.

  • Sherwood, Lauralee. 2013. “Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem”. Jakarta. EGC.

No comments:

Post a Comment