Thalasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik
dan merupakan penyakit keturunan yang
diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Enam sampai
sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50%
menjadi pembawa sifat (carrier)
talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita
talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Klasifikasi?
·
Talasemia alfa
Pada
talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan
kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya
sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang
tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai
beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts.
Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.
Delesi pada empat rantai alfa
Dikenal juga
sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat
berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis.
Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah
kelahirannya atau dapat juga janin mati dalam kandungan pada minggu ke 36-40.
Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis didapatkan
kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.
Delesi pada tiga rantai alfa
Dikenal juga
sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan
banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit
sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan
mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.
Delesi pada dua rantai alfa
Juga
dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan
dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.
Delesi pada satu rantai alfa
Disebut
sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal.
·
Talasemia beta
Disebabkan
karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat
keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus
talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal
kelahirannya, anak-anak talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan
mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati,
bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya
penderita akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal,
karena efek sampingan transfusi darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe). Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia
adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung
menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi
lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.
Pencegahan
dan Pengobatan?
Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang
akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya
maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari
talasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik,
ketersediaan donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia
memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk
menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya ± 12 gr/dL dan menjalani pemeriksaan
ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.
No comments:
Post a Comment