Uji stress, atau
uji olahraga bertahap, terutama dilakukan untuk membantu dalam diagnosis atau
kuantifikasi penyakit jantung atau paru serta untuk mengevaluasi kapasitas
fungsional pada orang asimtomatik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di treadmill bermotor atau ergometer sepeda
(sepeda statis dengan resistensi yang bervarisasi). Intensitas beban kerja
disesuaikan secara progresif meningkatkan kecepatan dan kemiringan treadmill atau dengan meningkatkan
frekuensi dan resistensi speda statis. Uji dimulai dari intensitas rendah dan
dilanjutkan hingga beban-kerja tertentu dicapai, gejala fiiologik muncul, atau
subjek terlalu lelah untuk melanjutkan pemeriksaan.
Selama uji
diagnostik, pasien dipantau dengan EKG, dan tekanan darah diperiksa setiap
menit. Uji dianggap positif jika terjadi kelainan EKG (misalnya depresi Segmen
ST, gelombang T terbalik, aritmia yang berbahaya). Atau muncul gejala fisik
misalnya nyeri dada. Uji yang dianggap positif pada seseorang yang mengidap penyakit
jantung disebut Uji Positif Palsu. Pada pria, uji positif palsu terjadi hanya
pada sekitar 10% hingga 20% waktu sehingga uji stress diagnostik untuk pria
memiliki spesifitas 80% hingga 90%. Wanita memperlihatkan angka uji positif
palsu yang lebih tinggi, dengan spesifitas menjadi lebih rendah, yaitu sekitar
70%.
Sensitivitas uji memiliki arti bahwa
orang dengan penyakit teridentifikasi secara benar dan hasil negatif palsunya
sedikit. Sensitivitas uji stress dilaporkan sebesar 60% hingga 80%: yaitu, jika
100 orang dengan penyakit jantung diperiksa, 60 hingga 80 akan teridentifikasi
benar, tetapi 20 hingga 40 akan memberi hasil uji negatif palsu. Meskipun uji
stress sekarang menjadi alat diagnostik yang penting, cara ini hanyalah salah
satu dari beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan keberadaan
penyakit arteri koronaria.
Uji stress juga
dilakukan pada orang yang tidak dicurigai mengidap penyakit jantung atau paru
untuk menentukan kapasita fungsional mereka saat ini. Uji fungsional ini dilakukan
seperti uji diagnostik tetapi dipandu oleh ahli fisiologi olahraga dan dokter
tidak perlu ada. Uji ini digunakan untuk menentukan resep olahraga yang aman,
untuk membantu atlet memperoleh latihan yang optimal, dan berfungsi sebagai
alat riset untuk mengevaluasi efektivitas suatu program latihan. Uji stress
fungsional semakin banyak dilakukan dengan semakin banyaknya orang yang
megikuti program kesehatan berbasis rumah sakit atau masyarakat untuk mencegah
penyakit.
- Sherwood, Lauralee. 2013. “Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem”. Jakarta. EGC.
No comments:
Post a Comment