Tuesday, 7 July 2015

Uji Stress-Apa, Siapa, dan Kapan

Uji stress, atau uji olahraga bertahap, terutama dilakukan untuk membantu dalam diagnosis atau kuantifikasi penyakit jantung atau paru serta untuk mengevaluasi kapasitas fungsional pada orang asimtomatik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di treadmill bermotor atau ergometer sepeda (sepeda statis dengan resistensi yang bervarisasi). Intensitas beban kerja disesuaikan secara progresif meningkatkan kecepatan dan kemiringan treadmill atau dengan meningkatkan frekuensi dan resistensi speda statis. Uji dimulai dari intensitas rendah dan dilanjutkan hingga beban-kerja tertentu dicapai, gejala fiiologik muncul, atau subjek terlalu lelah untuk melanjutkan pemeriksaan.

Selama uji diagnostik, pasien dipantau dengan EKG, dan tekanan darah diperiksa setiap menit. Uji dianggap positif jika terjadi kelainan EKG (misalnya depresi Segmen ST, gelombang T terbalik, aritmia yang berbahaya). Atau muncul gejala fisik misalnya nyeri dada. Uji yang dianggap positif pada seseorang yang mengidap penyakit jantung disebut Uji Positif Palsu. Pada pria, uji positif palsu terjadi hanya pada sekitar 10% hingga 20% waktu sehingga uji stress diagnostik untuk pria memiliki spesifitas 80% hingga 90%. Wanita memperlihatkan angka uji positif palsu yang lebih tinggi, dengan spesifitas menjadi lebih rendah, yaitu sekitar 70%.

Sensitivitas uji memiliki arti bahwa orang dengan penyakit teridentifikasi secara benar dan hasil negatif palsunya sedikit. Sensitivitas uji stress dilaporkan sebesar 60% hingga 80%: yaitu, jika 100 orang dengan penyakit jantung diperiksa, 60 hingga 80 akan teridentifikasi benar, tetapi 20 hingga 40 akan memberi hasil uji negatif palsu. Meskipun uji stress sekarang menjadi alat diagnostik yang penting, cara ini hanyalah salah satu dari beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan keberadaan penyakit arteri koronaria.

Uji stress juga dilakukan pada orang yang tidak dicurigai mengidap penyakit jantung atau paru untuk menentukan kapasita fungsional mereka saat ini. Uji fungsional ini dilakukan seperti uji diagnostik tetapi dipandu oleh ahli fisiologi olahraga dan dokter tidak perlu ada. Uji ini digunakan untuk menentukan resep olahraga yang aman, untuk membantu atlet memperoleh latihan yang optimal, dan berfungsi sebagai alat riset untuk mengevaluasi efektivitas suatu program latihan. Uji stress fungsional semakin banyak dilakukan dengan semakin banyaknya orang yang megikuti program kesehatan berbasis rumah sakit atau masyarakat untuk mencegah penyakit.

  • Sherwood, Lauralee. 2013. “Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem”. Jakarta. EGC.

No comments:

Post a Comment